Salju
Karya Wing Kardjo
Kemanakah akan pergi
mencari matahari
ketika salju turun
pohon kehilangan daun
Kemanakah jalan
mencari lindungan
ketika tubuh kuyup
dan pintu tertutup
Kemanakah akan lari
mencari api
ketika bara hati
padam tak berarti
Kemana akan pergi
selain mencuci diri
Puisi “Salju” karya Wing Kardjo menurut pendapat saya adalah sebuah
titik kulminasi keangkuhan, kesombongan, dan kebekuan seseorang pada
Tuhan, yang lalu sadar dan berusaha untuk kembali.
Kemanakah akan mencari matahari ketika salju turun pohon kehilangan daun.
Aku berharap pada matahari untuk mencairkan kebekuan dan keangkuhan
hatinya karena kebekuan dan keangkuhan itu (yang disimbolkan dengan
salju) telah menutupi daun-daun (hati) dirinya. Ia lantas menjadi
kehilangan daunnya (hati).Pohon tanpa daun adalah pohon yang ranggas,
mati. Meskipun hidup ia dianggap mati. Salju adalah kebekuan dan
keangkuhan pohon (aku) terhadap Tuhannya. Pohon ketika musim salju sama
seperti halnya gurun tanpa rumput dan tanpa air. Yang membuat pohon
bermakna pohon adalah daun, tanpa daun pohon bukan apa-apa. Dan manusia
tanpa Tuhan adalah sebuah kehampaan. Maka ketika daun-daun pohon
tertutup salju, pohon telah kehilangan daunnya dan mencari matahari yang
mustahil pada musim salju. Maka penyair menggunakan kalimat kemanakah akan pergi mencari matahari ketika salju turun. Salju yang ingin diungkapkan penyair dengan kata lain adalah simbol keangkuhan dan kesombongan manusia terhadap Tuhannya .
Karena ia angkuh pada Tuhannya ia tak tahu lagi kemanakah jalan mencari lindungan ketika sesuatu hal menimpa dirinya (kekuyupan) dan ketika tak ada yang mampu menerimanya (dan pintu tertutup).
Kemanakah akan lari mencari api ketika bara hati padam tak berarti ketika keputusasaan telah begitu menyergap dan semangat hidup telah padam. Kemana akan pergi selain mencuci diri. Aku sadar lalu pergi mencuci diri menghadap Tuhannya (bertaubat).
Dalam sastra, suasana muram biasanya merupakan indeks bahwa tokoh sedang
bersusah hati. Jika diperhatikan secara seksama, dalam puisi “Salju”
karya Wing Kardjo tersebut terdapat sebuah perasaan putus asa, hilangnya
semangat hidup. Hal itu ditandai dengan penggunaan kata kemanakah
akan…,kemanakah akan lari mencari api ketika bara hati padam tak
berarti. Ada sebuah keputusasaan yang didapatkan tokoh ketika bara hatinya (semangatnya) padam.
Puisi ini pernah dilagukan suatu ketika dahulu sekitar 70 an.. penyanyinya todak dapat diingat...
BalasHapusPuisi ini pernah dilagukan suatu ketika dahulu sekitar 70 an.. penyanyinya todak dapat diingat...
BalasHapus